Sunday, June 16, 2019

Senyuman kecil miliknya #Mudik


Foto saat di kereta keluar dari pelabuhan Merak. Aku duduk berhadapan sama eni untuk bercerita banyak hal.

Alhamdulillah kita telah berhasil melewati perjuangan melawan hawa nafsu selama sebulan penuh. Semoga kita selalu diberi hidayah dan kemudahan untuk terus meningkatkan ibadah kita, aamiin

Jadi gimana mudiknya kali ini?
Seru kan pastinya?
Setiap dari kita pasti punya cerita mudiknya masing-masing, dan aku yakin itu hal yang harus kita syukuri. Walalupun cuma di rumah juga, engga mudik dsb, juga harus disyukuri yakk hehe

Alhamdulillah, kemarin masih diberi kesempatan buat mudik, balik ke Lampung sekitar 12 hari. Adaa hal yang pengen aku ceritain di momen lebaran dan musim mudik kali ini yang menurutku sangat mengetuk hati kecilku untuk terus mengucap syukur, akan hadirnya keluarga walalupun terkadang engga bisa terus bersama.

Lebaran kali ini, keluarga lengkap. Mas Alim, Eris, Danish, Mamak, Bapak. Semua bisa ngumpul, lumayan lama, sekitar seminggu lah. Biasanya si bapak yang cuma libur beberapa hari gara-gara harus kerja, atau mas alim yang juga harus kerja. tapi momen lebaran ini kita bisa kumpul semua yeeayy :D Rumah jadi rame kata mamak-bapak.

Dibalik kebahagiaan yang aku dapetin ternyata momen lebaran kemarin ada suatu hal yang aku belajar banyak dari 'dia' gadis kecil yang berumur sama dengan adekku. Sebut saja namanya 'eni', Saudara sepupu cucu dari adiknya mbah. umurnya sekarang berarti sekitar 15 tahun. Waktu kecil kedua orang tuanya harus berpisah, sampai kelas empat SD Eni tinggal bersama Ibunya di Lampung, lalu melanjutkan tinggal bersama Ayahnya di Jakarta sampai sekarang. Lebaran kemarin, merupakan momen yang paling dia idam-idamkan. Setelah hampir tujuh tahun diabelum pernah kembali lagi ke Lampung untuk memeluk ibu kandungnya, pada tahun ini dia bisa bersama berasama ibu, adik, teman masa kecil, dan keluarga besar dari ibunya di Lampung. Terlihat sekali wajahnya ceria ketika dia cerita.

Mengawali obrolan kita dengan cerita-cerita kecil dan pertanyaaan ku engga jarang cuma di jawab singkat bahkan sebuah senyuman kecil aja, hehehe tapi gpp lah, aku kayanya masih asing juga buat dia, baru juga kenal. Kecilnya si aku inget dia gimana, cuma pasti dia engg inget aku.

Aku mencoba mengajak berbincang lebih dalam lagi, karena banyak hal yang aku penasaran dari eni. Dia hanya diam, dan bicara seperlunya ketika aku tanya. pokoknya aku kepoin banget karena aku penasaran sama dia.

R: Eni kemarin kemana aja sebulan liburan di kampung?
E: Engga kemana-kemana mas, cuma dirumah ibu aja
R: Engga kesawah? seru lo wkwk. Masih ada temen kecil engga di Lampung?
E: Masih mas, kemarin main sama si Eka terus disana. Cuma dia yang masih inget hehe
R: Kamu sebenernya lebih suka di kota apa di desa?
E: Eni sebenernnya lebih suka di desa mas.

(ketika dia jawab itu aku baru kepikiran, kok bisa. Biasanya yang udah ngerasain kota jarang ni ngerasa betah di desa, apalagi kampung kita di lampung itu masih yang kampung banget lahh)

R: Eni tinggal dimana emangnya di Jakarta?
E: Di daerah .......... *rahasia
R: ooo Jakarta Barat ya, (3 bulan di jakarta sedikit tau lah daerah-daerah situ hehehe). Tinggal sama siapa aja disana?
E: Sama paman mas.
R: Engga sama Ayah?
E: Engga mas, Ayah tinggal sama ibu
R: Emang Paman ada siapa aja disana?
E: Ada paman, bibi, sama anaknya 6 masih kecil-kecil semua mas.
R: ooo, seru dong bisa main sama adek-adek rame setiap hari hehehe. Udah main kemana aja di Jakarta?
E: .....kemana aja ya mas hehe, jarang main aku mas.
R: Sama temen-temen?
E: engga pernah main sama temen-temen mas. Eni engga ada HP juga jadi susah komunikasi

(Mulai merasa ada yang salah ketika dia cerita gitu)
Dari raut wajahnya aku mulai sedikit paham gimana sebenernya perasaanya dia ketika harus pulang ke Jakarta sekarang. Ada keinginan yang sebenernya dia pengen, tapi dia engga kuasa untuk menentukan pilihannya.

Setelah itu aku ajak ngobrol lebih mendalam, tentang keluarganya di Jakarta, kondisi lingkungannya, cita-cita, hobi, dan banyak hal yang personal tentang dirinya. Alhamdulillah dia mulai terbuka dan cerita banyak hal juga. Aku coba rangkum aja biar engga kepanjangan hehe

Jadi Eni ini sebenernya nyaman untuk tinggal bareng Ibunya di Lampung. Dia cerita kalo di Jakarta dia itu masak sendiri kalo mau mau makan, beli sendiri juga. Tinggal engga sama Bapaknya karena ada Ibu baru dan anak ibunya di rumah. Jadi dia ikut pamannya. Dia Introvert banget, jarang punya temen, selain  engga punya alat komunikasi, selain itu ada keterbatasan-keterbatasan dirinya juga yang membuat dia engga bisa kaya anak lainnya yang bebas bermain di usianya. Udah hampir 7 tahun dia engga ngeliat wajah ibunya, bahkan ketika kangen ibu, dia bilang kalo di bolehin telpon dan dipinjemin HP baru dia bisa hubungin Ibunya di Lampung. Kemarin dia bisa pulang juga karena sakit satu minggu, terus dia alesan kangen ibu. Akhirnya dia dicarikan ibunya Travel untuk pulang ke Lampung. Dia jarang keluar rumah, main pun paling jauh ke Monas, dan itu Jalan kaki. Bisa kira-kira mungkin dari daerah dia sampe monas itu 5km lebih dan dia jalan, sendirian, cuma buat merenung katanya.

Aku ngerasain benget dari cerita dia sepanjang perjalanan, dia punya rasa yang terpendam akan kehadiran keluarga. Sesekali di perjalanan kita ketemu keluarga yang sedang bersama-sama lengkap. Dia memandanginya, matanya engga bisa bohong kalau dia pengen banget kumpul kaya keluarga itu. Ayah, Ibu, Eni, dan adiknya. Wajahnya polos, lugu, tapi hatinya baik. Dia bilang kalo yang maksa dia disini Ayah, tapi dia engga mau ngelawan ayahnya. Dia bener-bener anak yang penurut. Sampai aku ajakin dia buat main tapi dia kelihatan ragu-ragu.

Dia bercita-cita jadi seorang dokter, aamiin semoga bisa terwujud ya En. Dia hobi nulis juga, ternyata selama ini dia nulis diary untuk mengungkapkan perasaannya, kondisinya, kegelisahannya, dan pemikirannya. Aku bersyukur banget masih ada kegiatan positif yang jadi wadah buat dia melampiaskan isi hatinya.

Pertemuan aku sama dia, mengajarkan aku banyak hal. gimana aku masih kurang bersyukur selama ini dan juga bekal untuk membangun keluarga kedapan. Engga bisa di anggep sepele/remeh soal keluarga mah. Apalagi aku laki-laki yang jadi imam dikeluarga nanti, besar atau kecil keputusan yang akan diambil nanti ada istri dan anak yang mengikuti. Dari situ aku juga makin kagum dengan sosok Bapak ku :)

Buat temen-temen yang mungkin keluarganya saat ini masih lengkap, ayok kita bersyukur dan maksimalkan waktu kita untuk menghangatkan keluarga kita.
Buat temen-temen yang keluarganya saat ini sedang ada cobaan, bersabarlah dan jangan berhanti berdoa ya, semoga Allah lekas memberikan jalan terbaiknya. Percayalah kalo Allah punya rencana terbaik buat kamu dan keluarga.
Buat kamu yang lagi jauh merantau, jangan lupa kasih kabar selalu dan terus doakan semoga keluarga kita bisa selalu diberi perlindungan Allah ya,

"Keluarga: Tempat kamu memulai segalanya, dan akan selalu menjadi tempat yang paling nyaman untuk kembali"

Reza Adinata
16 Juni 2019

No comments:

Post a Comment

Reza Adinata. Powered by Blogger.