Sajak Rempah yang Memudar
Reza Adinata
12:35 AM
0
Membuat diri ini geram,
Menyalahkan diri sendiri dan kondisi.
Bertanya pada Sang Kuasa, Mengapa masih seperti ini?
Bukankah sudah ribuan tahun
Bahkan sejarah sudah membuktikannya
Tidak perlu lagi dipertanyakan
Rempah pernah lebih mahal dari emas
Lebih berharga dari apapun
dan siapapun ingin memilikinya
lalu tau apa saya, aku, kamu, kita?
Bagaimana kabarnya?
buah keemasan,
yang mendatangkan perhiasan sekaligus pembantaian
yang mengundang jutaan pendatang
berebut kuasa bahkan nyawa
menindas pribumi yang sebelumnya hidup dalam damai
Hingga kini, bagaimana kabarnya?
masihkah kau begitu mempesona
ataukah warna mu yang keemasan sudah mulai memudar
sehingga tak lagi di lirik
diacuhkan, bahkan dipandang sebelah mata
atau disana dunia menelanmu?
seolah amnesia akan sejarah besar
dimana dunia mencari keberadaanmu
dan rela menumpahkan darah untukmu
Perlahan jalur rempah mulai di ungkap
mungkin kami mulai sadar ada yang terlupa
atau memeng dulu ada yang lebih indah dari kamu
sehingga kamipun menoleh sebentar, atau lama
kamu tetap setia, menumbuhkan buah baru
dan menghidupi bangsaku
Malu aku, tau tapi tidak tau
apa yang bisa dilakukan
dibuat, atau sekadar menulis sajak ini
berharap akan ada suatu genarasi
yang juga mulai sadar
Rempah belum mati
masih ada, hanya berdiam dipangkuan ibu pertiwi
Sajak untuk Banda dan segala isinya
-Adinata
Menyalahkan diri sendiri dan kondisi.
Bertanya pada Sang Kuasa, Mengapa masih seperti ini?
Bukankah sudah ribuan tahun
Bahkan sejarah sudah membuktikannya
Tidak perlu lagi dipertanyakan
Rempah pernah lebih mahal dari emas
Lebih berharga dari apapun
dan siapapun ingin memilikinya
lalu tau apa saya, aku, kamu, kita?
Bagaimana kabarnya?
buah keemasan,
yang mendatangkan perhiasan sekaligus pembantaian
yang mengundang jutaan pendatang
berebut kuasa bahkan nyawa
menindas pribumi yang sebelumnya hidup dalam damai
Hingga kini, bagaimana kabarnya?
masihkah kau begitu mempesona
ataukah warna mu yang keemasan sudah mulai memudar
sehingga tak lagi di lirik
diacuhkan, bahkan dipandang sebelah mata
atau disana dunia menelanmu?
seolah amnesia akan sejarah besar
dimana dunia mencari keberadaanmu
dan rela menumpahkan darah untukmu
Perlahan jalur rempah mulai di ungkap
mungkin kami mulai sadar ada yang terlupa
atau memeng dulu ada yang lebih indah dari kamu
sehingga kamipun menoleh sebentar, atau lama
kamu tetap setia, menumbuhkan buah baru
dan menghidupi bangsaku
Malu aku, tau tapi tidak tau
apa yang bisa dilakukan
dibuat, atau sekadar menulis sajak ini
berharap akan ada suatu genarasi
yang juga mulai sadar
Rempah belum mati
masih ada, hanya berdiam dipangkuan ibu pertiwi
Sajak untuk Banda dan segala isinya
-Adinata